Makassar,
31/03/2017
Kemarin kita bertemu, duduk berseblahan. Aku mencoba
memandangmu dengan tatapan yang sama dua tahun yang lalu dan mulai mencoba
meraba kedalam hati sambil membuka pintu mencari rasa yang pernah ada itu. Kau
terus berbicara dan aku menyimak sambil mencari yang sedari tadi tak ku
temukan. Aku berusaha menggali rasa itu
tapi tak bisa kutemukan. Dan aku perlahan ku sadari, memang dulu kau adalah
segalanya. Tapi kini, tak bisa lagi kudapati dirimu di ruang hatiku. Semua tak
bersisa, serpihan hati yang telah kau porak-porandakan kini tak ada lagi. Semua
utuh jadi hati yang utuh nan cantik. Kau tak bisa lagi menyentuhnya apalagi
berani untuk mengambilnya. Bahkan, kau tak bisa lagi menemukan kunci untuk
masuk kedalamnya. Ku pandangi dirimu, masih sama seperti yang dulu, tak ada
yang berubah. Terlalu banyak bicara, membual dan yah menebar pesona
kemana-mana. Dan tak pernah kau sadari
bahwa yang duduk diseblahmu adalah wanita yang pernah kau beri mimpi ke atas
langit dan kemudian kau hempaskan kedasar bumi. Dan dengan bangganya kau
berdiri menggenggam medali yang pernah kita perjuangkan bersama. Sebenarnya
bukan kita berdua tapi hanya aku, tapi atas namamu. Ahh... sungguh licik dirimu
itu. Kau kembali menawarkan mimpi terbang ke langit dengan roket yang sama dan
kau pikir aku percaya itu? kau salah. Baik-baiklah disana, dan jangan lagi
menawarkan kebaikan semu pada wanita lainnya. Karena kau tak pernah tahu, Kapan
KARMA itu akan datang menguburmu.
#adfa