Makassar, 17 November
2017
Entah
kemana saya beberapa tahun terakhir ini, panggilan azan yang jaraknya hanya
beberapa langkah dari kos selalu terabaikan oleh kesibukan dunia yang sama
sekali tak menenangkan hati. Namun, beberapa bulan terakhir aku batinku
tersusik, untuk kembali ke jalan Allah. Ada rasa malu kepadaNya. Kenapa tidak
kemarin-kemarin menginjakkan kaki sesering ini dirumah Allah. Malu sendiri,
betapa aku manusia congkak sudah merasa bisa melakukan segalanya sendiri tanpa
pertolngan Allah. Tapi, pergolakan batin yang begitu hebat membuatku kembali.
Jadi beberapa tahun terakhir, kesibukan mulai berkurang. Perkuliahan juga Cuma
sehari dalam seminggu, jadwal mengajar pun tidak sepadat yang dulu lagi. Dan jujur
kondisi perekonomianku mulai menurun, entah kemana uang didompetku, entah
kemana jadwal mengajar yang padat itu dulu. Entah kemana panggilan mengajar
itu. sebulan lagi bapak sudah pensiun, dua bulan terakhir bapak mengirm uang
jajan kepada kami saya dan adikku tidak sebanyak kemarin. Aku mulai mengerti,
bapak dan ibu juga dilanda kantong kering. Itu pertanda saya harus bekerja
lebih keras lagi untuk membiayai hidup dan kuliahku. Beberapa kali memasukkan
lamaran kerja kesana-kemari tapi belum ada panggilan sampai sekarang. Mungkin
ini karma, karena pernah bekerja di salah satu sekolah tapi harus resign yang
kala itu saya baru 6 bulan bekerja. Karena pekerejaan yang terlalu banyak dan
berat membuatku harus terbaring diruamh sakit beberpa hari karena kelelahan. Di
tengah keterpurukan yang sangat berat ini, aku hadapkan kembali wajahku kepada
Sang Pencipta Alam, satu-satunya tempatku berlindung dan meminta pertolongan.
Aku mulai sering ikut sholat berjamaah di masjid dekat kos yang jaraknya hanya
beberapa langkah saja. Beginilah manusia, ketika dilanda penderitaan selalu
ingat Tuhannya, tapi ketika dia berada dipuncak kesuksesan entah kemana dia
bawa Tuhannya. Tapi semoga saya istiqomah dengan ini.
Di
masjid itu yang ku temui hanya ibu-ibu yang paruh baya, tak ada yang seusiaku.
Kebanyakan dari jamaah perempuan yaitu ibu-ibu yang sudah punya cucu. Hanya
sekali kali saja di waktu dhuhur dan ashar ada mahasiswa yang sering ikut
sholat berjamaah dengan kami. Karena kampusnya tepat di depan masjid ini. Saya
selalu berseblahan dengan ibu atau bisa saya panggil nenek-nenek yang tinggal
tepat dibelakang masjid. Ada dua orang yang selalu berseblahan denganku tiap
kali kami sholat berjamaah. Namun sayang, saya tak pernah berani menanyakan
namanya. Kala itu, hari kamis sore kami hendak melaksanakan sholat magrib
berjamaah. Salah satu dari nenek itu membagikan buku ke orang di sebelah
kirinya dan juga memberikan kepadaku sambil berbisik.
“
ini kita baca yang sudah ku tandai nah, bagus dibaca kalau sudah sholat”
“Terimakasih
Puang” saya belum tahu buku apa itu,
yang jelas semua isinya tulisan arab, sampulnya hitam ada waran merah mudanya.
Sampul buku itu tertulis “Majmu Syarif”. Ternyata tidak semua jamaah di masjid
dia berikan buku tersebut hanya tiga orang saja. Disebelah kanan dan kirinya
dan satu orang yang ada di ujung shaf. Serasa ketiban durian runtuh,
beruntung bisa mendapatkan buku seperti ini. Setibanya di kos, saya mencoba
untuk membaca daftar isinya dan tulisannya adalah arab gundul. Dan ada beberapa
yang bisa terbaca olehku, ini adalah doa-doa harian dan dzikir harian. Betapa
ini adalah teguran atau hikmah entahlah. Tapi melalui tangn ibu itu, Allah
memebriku petunjuk untuk selalu berdzikir. Masya Allah, betapa sungguh Allah
sangat sayang kepadaku, masih sangat memperhatikanku. Dan tepat sebulan
kemudian, nenek yang satunya lagi duduk disebelhaku dan membiskkanku sesuatu.
“
Ada nanti kita ambil sajadah itu diatasnya lemari kaca nah” sambil tersenyum
“Iye,
Puang terimakasih banyak”
Sungguh
rejeki Allah bukan hanya dalam bentuk materi, tapi dikelilingi dengan
orang-orang baik adalah salah satu rejeki. Ada dua hadiah yang Allah berikan
kepadaku. Ini adalah kode untuk selalu mengingatnya, selalu menyembahnya kala
senang maupun duka. Allah Maha Baik
Tidak ada komentar:
Posting Komentar