Sabtu, 18 November 2017

ALLAH MAHA BAIK

Makassar, 17 November 2017

Entah kemana saya beberapa tahun terakhir ini, panggilan azan yang jaraknya hanya beberapa langkah dari kos selalu terabaikan oleh kesibukan dunia yang sama sekali tak menenangkan hati. Namun, beberapa bulan terakhir aku batinku tersusik, untuk kembali ke jalan Allah. Ada rasa malu kepadaNya. Kenapa tidak kemarin-kemarin menginjakkan kaki sesering ini dirumah Allah. Malu sendiri, betapa aku manusia congkak sudah merasa bisa melakukan segalanya sendiri tanpa pertolngan Allah. Tapi, pergolakan batin yang begitu hebat membuatku kembali. Jadi beberapa tahun terakhir, kesibukan mulai berkurang. Perkuliahan juga Cuma sehari dalam seminggu, jadwal mengajar pun tidak sepadat yang dulu lagi. Dan jujur kondisi perekonomianku mulai menurun, entah kemana uang didompetku, entah kemana jadwal mengajar yang padat itu dulu. Entah kemana panggilan mengajar itu. sebulan lagi bapak sudah pensiun, dua bulan terakhir bapak mengirm uang jajan kepada kami saya dan adikku tidak sebanyak kemarin. Aku mulai mengerti, bapak dan ibu juga dilanda kantong kering. Itu pertanda saya harus bekerja lebih keras lagi untuk membiayai hidup dan kuliahku. Beberapa kali memasukkan lamaran kerja kesana-kemari tapi belum ada panggilan sampai sekarang. Mungkin ini karma, karena pernah bekerja di salah satu sekolah tapi harus resign yang kala itu saya baru 6 bulan bekerja. Karena pekerejaan yang terlalu banyak dan berat membuatku harus terbaring diruamh sakit beberpa hari karena kelelahan. Di tengah keterpurukan yang sangat berat ini, aku hadapkan kembali wajahku kepada Sang Pencipta Alam, satu-satunya tempatku berlindung dan meminta pertolongan. Aku mulai sering ikut sholat berjamaah di masjid dekat kos yang jaraknya hanya beberapa langkah saja. Beginilah manusia, ketika dilanda penderitaan selalu ingat Tuhannya, tapi ketika dia berada dipuncak kesuksesan entah kemana dia bawa Tuhannya. Tapi semoga saya istiqomah dengan ini.
Di masjid itu yang ku temui hanya ibu-ibu yang paruh baya, tak ada yang seusiaku. Kebanyakan dari jamaah perempuan yaitu ibu-ibu yang sudah punya cucu. Hanya sekali kali saja di waktu dhuhur dan ashar ada mahasiswa yang sering ikut sholat berjamaah dengan kami. Karena kampusnya tepat di depan masjid ini. Saya selalu berseblahan dengan ibu atau bisa saya panggil nenek-nenek yang tinggal tepat dibelakang masjid. Ada dua orang yang selalu berseblahan denganku tiap kali kami sholat berjamaah. Namun sayang, saya tak pernah berani menanyakan namanya. Kala itu, hari kamis sore kami hendak melaksanakan sholat magrib berjamaah. Salah satu dari nenek itu membagikan buku ke orang di sebelah kirinya dan juga memberikan kepadaku sambil berbisik.

“ ini kita baca yang sudah ku tandai nah, bagus dibaca kalau sudah sholat”
“Terimakasih Puang” saya belum tahu buku apa itu, yang jelas semua isinya tulisan arab, sampulnya hitam ada waran merah mudanya. Sampul buku itu tertulis “Majmu Syarif”. Ternyata tidak semua jamaah di masjid dia berikan buku tersebut hanya tiga orang saja. Disebelah kanan dan kirinya dan satu orang yang ada di ujung shaf.  Serasa ketiban durian runtuh, beruntung bisa mendapatkan buku seperti ini. Setibanya di kos, saya mencoba untuk membaca daftar isinya dan tulisannya adalah arab gundul. Dan ada beberapa yang bisa terbaca olehku, ini adalah doa-doa harian dan dzikir harian. Betapa ini adalah teguran atau hikmah entahlah. Tapi melalui tangn ibu itu, Allah memebriku petunjuk untuk selalu berdzikir. Masya Allah, betapa sungguh Allah sangat sayang kepadaku, masih sangat memperhatikanku. Dan tepat sebulan kemudian, nenek yang satunya lagi duduk disebelhaku dan membiskkanku sesuatu.

“ Ada nanti kita ambil sajadah itu diatasnya lemari kaca nah” sambil tersenyum
“Iye, Puang terimakasih banyak”

Sungguh rejeki Allah bukan hanya dalam bentuk materi, tapi dikelilingi dengan orang-orang baik adalah salah satu rejeki. Ada dua hadiah yang Allah berikan kepadaku. Ini adalah kode untuk selalu mengingatnya, selalu menyembahnya kala senang maupun duka. Allah Maha Baik



Puang : adalah sapaan yang digunakan orang bugis kepada mereka yang lebih tua umurnya dari yang berbicara dan diperuntukkan kepada mereka yang berketurunan raja sebagai penghormatan, tapi penggunaan nya sekarang mulai meluas karena terkadang sapaan Puang juga biasa diberikan kepada orang bukan keturunan raja


Tidak ada komentar:

Posting Komentar