Senin, 14 Desember 2015

Aku, logikaku, hatiku dan perasaanku

Entah ini terlalu kaku atau kikuk, ataukah ini terlalu vulgar atau apa, aku sendiri pun tak tahu. dan ketidak tauanku ini yang terus saja memaksaku untuk selalu bertanya padamu. Apa sebenarnya arti dari tingkahmu ini? apa sebenarnya maksud etikat baikmu itu? ada maksud lainkah? ataukah hanya sekadar baik saja? ataukah memang sikap dari jenis mu itu memperlakukan hal yang sama terhadap lawan jenisnya? oke anggaplah seperti itu. Aku dan logikaku selalu berpikir seperti itu, bahwa memang manusia dari jenismu itu sikap yang kau tunjukkan itu adalah wajar. tapi tidak dengan hatiku. U know? my heart thinks different. aku tahu dan paham betul bahwa manusia dari jenisku cenderung pada hati dan perasaanya tidak dengan logikanya tapi ingat tidak semua seperti itu. Namun, kali ini aku terjebak, aku, logika dan perasaan itu jalan beriringan, aku sendiri bingung siapakah yang akan mencapai persepsi yang paling benar tentang sikap yang kau tunjukkan itu. Okey... sebulan mungkin tak ada masalah, logika anggap itu adalah wajar. Tapi, ini sudah dua tahun lamanya, dan itu sudah tahun ketiga. Aku dan logikaku terus berpikir dan berpikir, tapi aku tak pernah menemukan ujung dari itu. lain halnya dengan hati dan perasaanku. mereka sampai pada titik yang memberikan sebuah kesimpulan dari semua sikap yang kau tunjukkan itu adalah 'sayang'. Itu hati dan perasaanku tapi tidak dengan aku dan logikaku. Kau tak pernah tahu betapa hebatnya kedirianku ini, mampu bertahan dengan mereka (aku, logikaku, hatiku dan perasaanku) yang selalu saja mencoba meruntuhkan argumen satu sama lain. dan kau pun mungkin tak pernah tahu, betapa hebatnya dirimu. karenamu, kau menciotakan mereka dalam kedirianku dan hebatnya lagi kau membuat peretngkaran di antara mereka. dan kau lepas tangan. kau memaksaku untuk membuat mereka akur. sesuatu yang mungkin masih aku perjuangkan untuk saat ini. membuat mereka AKUR.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar