Rabu, 16 Desember 2015

Hujan (part1)

Februari  2011

Hujan kala itu sama sekali tak ada tanda-tanda untuk reda. Hari ini semua pengurus posko harus berkumpul di gedung yang telah di infokan kemarin. Aku masih berdiri mematung di depan pintu pagar asrama. Kulihat air dari atas sana terus saja mengalir tak henti-hentinya. di depan ku sebuah rumah berdiri dengan megahnya. Mungkin lebih tepatnya jika kita menyebutnya 'istana'. Arsitekturnya nan indah, dibalut dengan paduan warna kuning emas dan hijau muda,setiap ukirannya begitu artistik,  membuatnya terlihat lebih mewah. "Piiiiiiiiiiiiiiippppppppp..........." Suara klakson itu mengagetkanku. Sosok lelaki muda dengan motor mungil dan 'raincoat'  hitamnya siap membawaku meluncur ke gedung universitas yang jaraknya kira-kira tiga kilometer dari tempatku berdiri ini.Dia Alif kekasihku, boleh dibilang kami lagi berbunga-bunganya kala itu. Baru beberapa bulan kita jadian, dan aku harus meninggalkannya untuk baksos tingkat universitas yang wajib di ikuti oleh semua mahasiswa. Dan saat itu adalah giliranku. Tiga bulan, iya selama itu kami harus terpisah jarak dan waktu. Dan ini kali pertama aku terpisah jauh darinya dan selama ini. Bisa bayangkan betapa rindunya kami nanti.

Jilbab hitam, kemeja hitam dan rok polkadot serta jas almamater yang sedari tadi setia bertengger di tangan kananku ini. tepat di samping gedung yang kumaksud. Alif memutar balik motornya sambil tersenyum manis. Dan aku mulai berjalan menuju gedung itu, sekitar lima meter dari tempatku berdiri. Dan...'Oh my God.. Banjiiiiirrr' Bisikku pelan. ku lihat jam tanganku. Waktu menunjukkan pukul 09:45 artinya aku telat 45 menit. 'Yah.. ini semua karena hujan' gumamku dalam hati. Alhasil aku harus membuka sepatu, kaos kaki dan mengangkat rok ku sedikit. Untuk menghindari banjir. Tangan kananku yang terbebani oleh almamater juga harus menannggung bebannya sepatu yang harus kupegang. Sementara tangan kiriku berusaha melindungi kepalaku dari hujan, meskipun tidak berhasil. Tiba-tiba terdengar suara air dari belakangku seolah adaynag mengikutiku, tanpa pikir panjang aku menoleh kebelakang dan . 'Eh... Pa ketua terlambat ki' juga?' kataku. Iya aku mengenalnya beberapa hari yang lalu. Beliau terpilih menjadi ketua rombongan kami yang dipilih tanpa ada pemungutan suara. Heran juga saya. Jangan tanya saya namanya. Yang ku tahu dia dari fakultas teknik. jangan tanya juga jurusan apa. Aku sama sekali tidak mau tahu dan peduli tentang itu.
 " Iye, tidak mau berhenti hujan bela" katanya sambil sedikit senyum
 " Kalo begitu sama-sama mi ki pale  ke atas" Ajakku sok akrab

Sampai di depan pintu gedung yang entah selam kuliah disana saya tidak tahu gedung apa ini, bisa dibilang sudah cukup tua. Pintunya tertutup, mungkin karena banjir, supaya airnya tidak masuk kedalam makanya di tutup.
 "Jadi bagaimana mi ini Pa Ketua? Lewat mana mi orang? Tanya ku kebingungan.
 "Lewat belakang ki bede, sapa tau ada pintu terbuka disana?Ajaknya
Dan kembali lagi aku harus bergulat dengan banjir, hujan, sepatu dan kaos kaki. Kami berjalan ke arah belakang gedung yang juga penuh dengan air, aku harus menjaga agar tidak terpeleset karena ini sangat licin. Dan..."Aowwwwww...." Hampir saja bisikku, "Eh.... hati-hati ki'" katanya kaget, ku dapati tangannya berada di belakangku yang siap menahanku kalau-kalau aku jatuh. "Iye" jawabku singkat. Pintu yang belakang ternyata memang ada danmemang sedikit lebih tinggi posisinya ketimbang pintu depan sana. Setengah basah kuyup kami bergegas memakai sepatu sambil melempar senyum satu sama lain, mungkin karena kita terlambat. Sambil berlari-lari kecil kami bergegas masuk ruangan. Disana sudah sangat ramai, ruangan yang dipenuhi mahasiswa yang kebanyakan semester 7 atau 8 kala itu sibuk dengan urusan kami dan tak menyadari kehadiran kami yang hampir bersmaan berdiri di depan pintu. Sebuah meja yang di tata berbentuk huruf U. Kulihat teman ku berada disisi kanan sibuk dengan sesuatu dan 'Pa Ketua' ke arah kiri dan duduk dan disambut oleh perempuan sambil menyodorkan kertas yang entah aku tak pedulu apa itu, yang jelas kertas itu minta di tanda tangani oleh 'Pa Ketua'. Saya masih saja berdiri sambil memperhatikan Bendahara dan ketua posku kala itu, sambil mengatur kursi dan kemudian duduk dengan manis. Selang beberap detik aku duduk. Tiba-Tiba..
 "Ku akan menanti, meski harus penantian panjang ku akan tetap setia menunggumu ku tahu kau hanya untukku" lantunan suara merdu Nikita Willy memecah keramaian ruangan kala itu. Spontan aku tertawa setengah teriak dan kemudian tersadar kalo suaraku terlalu keras. 'Pa Ketua yang duduk bersebrangan denganku tapi pas berhadapan denganku tengah sibuk mencari-cari sesuatu, dan aku berbalik kebelakang ke temanku dan berbisik "Siapa punya itu hape, 'Mellow' kamma de ehh?" temanku hanya membalsanya dengan tertawa kecil.
 "Biarlah waktuku habis oleh penantian ini  hingga kau percaya betapa besar cintaku padamu ke tetap menanti"  Suara ringtone  itu terus saja berbunyi hingga 'empunya' si hape memandangku sambil menjawab telepon yang dari tadi memanggilnya itu. Dalam hati aku tertawa terbahak-bahak. "Hari gini masih ada yah cowok pasang ringtone seperti itu" pikirku dalam hati sambil menahan tawa. Tiba-Tiba semua orang berdiri. Bapak yang menangani dan bertanggung jawab atas baksos kami ini telah datang dan siap memberikan arahan. Pukul 10.00 rapat pun di mulai dengan serius. 'Pa Ketua' kembali memandangiku sambil tersipu malu, mungkin karena hanya aku yang tahu bahwa pemilik ringtone 'mellow' itu adalah beliau. Dari balik jendela, hujan masih sibuk menjatuhkan dirinya ke bumi, dan kami pun sibuk mendebatkan sesuatu yang entahlah saya juga bingung mereka bicara tentang apa. Bapak di depan sana juga berbicara sesuatu yang tak ku mengerti. Aku hanya memandangi sekelilingku, ada setumpuk spanduk yang siap di bagikan kepada setiap posko yang nantinya akan mengajar di setiap sekolah yang telah di tunjuk. Petualangan itu akan di mulai besok. Sebuah cerita, suka, duka dan cinta mungkin akan mewarnai cerita ini.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar